Sabtu, 19 Maret 2011

Analisis Puisi Doa serdadu Sebelum Perang Karya W.S Rendra

Doa Serdadu Sebelum Perang

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

W.S Rendra
Mimbar Indonesia Th. XIV, No. 25 , 18 Juni 1960
Analisis :
Ragam puisi Indonesia sangatlah banyak. salah satunya adalah puisi perjuangan. Puisi perjuangan adalah puisi yang berbicara tentang perlawanan, yaitu sebuah usaha untuk memperebutkan hak yang semestinya kita dapatkan akan tetapi diganggu olah pihak lain. Puisi perjuangan tak melulu bicara tantang perang, tentang peluru ataupun senapan.
Tetapi lebih luas lagi, puisi perjuangan berbicara tentang usaha orang-orang pinggiran untuk merebut kembali haknya, tentang penindasan yang dilakukan oleh pihak yang kuat kepada pihak yang lemah, dan lain sebagainya.
Salah satu penyair yang seringkali menulis tentang perjuangan hidup orang-orang kecil adalah WS Rendra. WS. Rendra dikenal sebagai penyair yang konsisten memperjuangkan hak-hak orang-orang kecil. Rendra seringkali mengangkat tema tentang orang-orang yang terlantar, kaum miskin, bahkan para pelacur sekali pun.
Rendra menuangkan kegelisahannya dalam bentuk puisi, puisi yang jujur tanpa banyak menggunakan istilah-istilah rumit yang tidak mudah dipahami orang lain.
Dalam sebuah sajaknya yang berjudul Orang-Orang Miskin WS Rendra begitu gamblang menceritakan tentang penderitaan hidup mereka.

Penggunaan gaya bahasa yang sangat dominan dalam puisi disebabkan oleh adanya media yang sangat terbatas. Kesatuan puisi, yang disebut sebagai bait adalah totalitas yang sama dengan bentuk cerpen, novel, dan drama. Perbedaannya, satu bait puisi terdiri dari satu atau dua halaman, sedangkan sebuah novel terdiri atas ratusan bahkan ribuan halaman. Dalam puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang Sebelum Perang karya W.S Rendra, setiap bait memiliki totalitasnya. Berikut analisis puisi diatas :

Dalam puisi diatas, bunyi puisi juga sangat ditonjolkan. Puisinya memiliki bunyi Kakofoni (cacophony) yaitu bunyi yang tidak merdu dan cenderung parau. Pada puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang, Vokal a, o, u lebih mendominasi, sehingga perasaan murung, sedih,  gundah, kecewa tergambar jelas.

Puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang, menggunakan pilihan kata yang amat lembut. Seperti seseorang yang meminta pengampunan dosa dan memang begitu isinya. Gaya bahasa yang dominan adalah gaya bahasa hiperbola, seperti yang nampak pada bait berikut:

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Makna Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang lebih ditekankan kepada seorang yang meminta diampuni dosanya karena sudah membunuh orang-orang yang bersalah maupun tidak bersalah. Ini dapat terlihat dari penggalan puisi berikut :

Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Serdadu tersebut menerima nasib sebagai serdadu yang tugasnya membunuh orang dimedan perang. Ada sedikit penyesalan dalam dirinya membunuh orang lain yang dianggap musuh. Tetapi ia mesti melaksanakan tugasnya itu. Mungkin dalam hal ini serdadu itu menyesali mengapa tugasnya demikian.


tify;l) a h i Z l'> 
Kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan
kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran

Kelaparan digambarkan seperti iblis dan batu-batu karang yang menakutkan.

Analisis yang pertama akan dimulai dengan puisi yang pertama puisi Doa Orang lapar.

Kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam
Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan


Dalam penggalan puisi diatas, kelaparan digambarkan seperti seekor burung gagak yang licik dan hitam. Kita bisa perhatikan seekor burung gagak yang lapar mereka akan memakan apa saja yang ada dihadapan mereka, tidak peduli lawan atau kawan yang penting burung itu merasa kenyang. Dan kelaparan digambarkan seperti demikian, karena jika seseorang lapar akan berbuat layaknya burung gagak tersebut. Kelaparan juga dapat membuat seseorang menjadi pemberontak dan menjadi pembunuh. Jika kita lihat berita-berita di televisi, seseorang tega menghabisi rekan atau sanak saudaranya sendiri kebanyakan disebabkan oleh orang-orang miskin yang kesulitan ekonomi dan pastinya lapar. Mengapa dalam puisi tersebut digambarkan orang miskin? Itu disebabkan karena kebanyakan orang yang kelaparan adalah orang miskin dan orang kaya tidak pernah merasakan apa itu kelaparan. Kelaparan juga digambarkan seperti batu karang yang tenang tetapi dapat melahap siapa saja.

Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan


Dari bait diatas, dapat kita lihat jikalau kelaparan juga membuat seseorang yang gagah dapat menangis. Intinya kelaparan dapat merusak siapa saja, tua-muda ataupun gagah-lemah. Tak peduli bagaimana kehormatan itu yang penting kenyang.



2 komentar: