Sabtu, 19 Maret 2011

Kritik Sosial Untuk Para Penguasa dalam Lakon Kisah Perjuangan suku Naga

Latar Belakang


Mengenang seseorang yang telah wafat tentu tak sekadar berhenti menjadi cara untuk mengembalikan ingatan setiap orang terhadapnya. Melainkan juga semacam ikhtiar untuk memberi makna pada seseorang yang pernah hadir di tengah kita. Makna kehadirannya itu terdapat dalam seluruh jejak yang ditinggalkannya, yakni karya dan pemikirannya. Keduanya inilah yang akan terus membuat seseorang yang telah wafat terus hidup dan menemukan maknanya. Terlebih ketika karya dan pemikirannya itu masih menemukan relevansinya dengan konteks yang tengah terjadi di sekeliling kita sekarang. Hanya soalnya kini, bagaimanakah mereka yang hidup bisa memungut spirit dari jejak yang ditinggalkannya untuk lalu mengapungkannya ke permukaan, membacanya kembali, dan menghayatinya sehingga menjadi pembacaan bersama?
Mengenang Rendra (1935-2009) dengan membaca kembali karya dan pemikirannya sehingga sastrawan dan dramawan penting itu tidak melulu hanya menjadi sebuah nama dalam sejarah kebudayaan Indonesia. Inilah yang membuat sejumlah seniman di Bandung berkumpul dan menggagas event bertajuk "Bandung Mengenang Rendra". Lebih dari sekadar hendak menjadi penanda waktu dari 40 dan 100 hari wafatnya "Si Burung Merak" itu, event ini juga menyimpan semacam bayangan, betapa karya dan pemikiran seorang seniman sesungguhnya tak pernah mati. Ia selalu menemukan relevansinya dengan konteks dan fenomena kekinian. Termasuk ketika karya diciptakannya puluhan tahun yang lalu.
Pilihan pada lakon "Kisah Perjuangan Suku Naga" tak bisa dipisahkan dari keinginan memaknai jejak karya dan pemikiran Rendra yang masih tetap aktual hingga hari ini. Lakon yang ditulis tahun 1975 ini banyak memaktubkan kritik tajam Rendra ihwal tabiat politik pembangunan yang didukung oleh nafsu kapitalisme, dan hak-hak masyarakat adat yang teraniaya. Bengkel Teater Rendra pertama kali mementaskannya pada 1975 di Yogyakarta. Meski ditulis puluhan tahun lalu, lakon ini masih atau bahkan kian menemukan aktualitasnya di tengah realitas nasib hak-hak masyarakat adat di tengah gempuran neoliberalisme seperti hari ini.
Lakon Kisah Perjuangan Suku Naga digarap mengambil ruh teater rakyat ( teater tradisional) yaitu mengambil idiom-idiom dari wayang, longser, lenong, ludruk, ketropak dsb. Dengan konsep demikian tentunya pagelaran tidak lantas akan menjadi seperti teater tradisi pada umumnya. Pertunjukan tetap menjadi pertunjukan modern. Tokoh- tokoh yang terdapat dalam lakon ini yakni Dalang, Koor Mesin, Koor duta Besar, Abivasam ( Kepala Suku Naga), Abivara ( Putra Abivasam), Carlos ( Wartawan dari Tanah Seberang), Paman, supaka ( Bibi ), Ratu astinam, Perdana Menteri Astinam, Kolonel Srenggi, Menteri Keamanan Astinam, Ketua Parlemen ( Ketua Fraksi-Fraksi), Mr. Joe ( Duta Besardari tanah seberang), Menteri Pertambangan Astinam, Setyawati ( Pacar Abivara), Insinyur, The Big Bos.

Pembahasan

Drama Kisah Perjuangan Suku Naga ini dibuat pada tahun 1975 oleh Rendra. Drama ini menceritakan tentang sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Astinam. Letaknya di dalam khayalan, Di sebelah selatan Negeri Prasangka, Di sebelah barat Negeri Fantasi, dan berbatasan dengan laut ada-ada saja. Pendek kata letaknya strategis. Negeri Astinam ini diperintah seorang ratu yang didampingi Perdana Menteri  beserta kabinetnya. Di samping itu, kerajaan ini juga mempunyai parlemen dan undang-undang dasar sebagai kerajaan yang “ katanya” demokratis. Drama ini menceritakan tentang pergaulan. Seseorang tidak bisa hidup sendiri melainkan ia harus bergaul dengan orang lain, dan pergaulan antar manusia itu bisa bersifat adil maupun tidak adil. Seperti yang dikisahkan dalam drama ini, Adanya negera-negera raksasa seperti Eropa, Amerika, Jepang yang mempunyai teknologi lebih maju alias negara- negara industri yang memanfaatkan Negeri Astinam sebagai negeri pertanian yang kaya akan hasil bumi dan barang tambang.
Drama ini sangat menarik untuk dibaca terlebih jika kita secara langsung menonton pertunjukannya. Dalam drama ini saya akan membahas tentang Kritik Sosial Untuk Para Penguasa dalam Lakon Kisah Perjuangan Suku Naga. Drama ini dibuat pada zaman orde baru yang pada saat itu sedang gencar-gencarnya Repelita II ( Rencana Pembangunan Lima Tahun). Banyak kritik sosial yang ditampilkan dalam drama ini. Di awal cerita saja sudah terlihat bahwa itu sindiran halus untuk negara Indonesia. Seperti pada kutipan di bawah ini :

Dalang : Selamat malam para hadirin semuanya. Perkenankan aku memulai bercerita. Ceritaku ini tidak, sekali lagi tidak terjadi di Indonesia. Jadi jangan terlalu tegang menyensor jalan cerita. Lebih dulu aku minta maaf sebesar-besarnya. Akan sindiran-sindiran yang disengaja maupun seakan-akan tidak disengaja maupun yang seakan-akan tidak di sengaja. Soalnya sindiran itu tidak melanggar undang-undang dan menjadi bumbu yang sehat  untuk pergaulan. (1975: 3)

Lantas dalam hal ini pula terlihat sekali bahwa negara kita dimanfaatkan oleh negara Asing. Orang-orang di negeri kita hanya bisa menjadi kuli berbanding terbalik dengan mereka yang punya mesin-mesin canggih. Oleh sebab itu mereka menjadi bertambah kaya, dan orang- orang di negeri kita hanya bisa terus miskin. Seperti pada kutipan di bawah ini.
Dalang : Mampuslah aku !
Uang berputar
Uang beredar
Berpusing-pusing di udara
Menuju sorga
Nun, di sana
Namun, tak pernah turun kembali ke bumi
Dewa Uang makin kaya
Rakyat miskin tetap kuli
Sepanjang masa
Rakyat miskin dibina, dididik, dan dibentuk
Agar Cuma jadi pembeli. ( 1975: 5 )
Negara asing terus- menerus mengeruk hasil kekayaan bumi di negara Indonesia tanpa memikirkan sebab yang akan terjadi nantinya. Dalam drama ini pula dikisahkan adanya duta-duta besar atau ambassador yang ceritanya baik hati padahal tujuan mereka ialah meminjam-minjamkan uang agar negara kita berhutang. Seperti pada kutipan di bawah ini :
Koor : Yang mulia
Kami serahkan surat kepercayaan.
Kami sampaikan salam rakyat kami.
Kami semua di sana mencintai negeri ini.
Kebudayaan negeri ini halus dan tua.
Dan sekarang berkembang dengan pastinya.
Kemajuan ! itulah kunci abad ini
Negeri ini tak akan kalah dengan negeri lainnya.
Kami sanggup membantu usaha suci negeri ini
Bantuan pinjaman bisa dirundingkan.
Satu milyard ! Dua milyard ! Tiga milyard ( 1975: 9 )
Selain itu mereka memanfaatkan kesempatan untuk menjual produk negera mereka dengan modal pinjaman yang mereka pinjamkan yang konon katanya untuk kemajuan negeri ini.
            Dalam drama ini juga dikisahkan tentang kehidupan para suku naga yang mempunyai alam yang masih asri, adat istiadat yang luhur serta aset pertambangan yang luar biasa. Mereka sangat melindungi dan menjaga alam. Sehingga menciptakan lingkungan yang simbiosis mutualisme. Maka dari itu negara asing mulai bersimpati pada hasil tambang di desa suku naga dan mulai memprovokasi kerajaan astinam agar  bisa mengolah hasil tambang tersebut yang bisa menguntungkan devisa negaranya. Dan akhirnya negeri astinampun terhasut karena akan didanai oleh para investor-investor asing. Di sini konflik terjadi antara suku naga dan kerajaan astinam. Walaupun akhirnya suku naga yang berhasil mempertahankan wilayahnya. Seperti pada kutipan di bawah ini  :
                Dalang : Nah, mangkanya jangan serakah sama alam !
                                Menggunduli seenaknya
                                Hutan-hutan digunduli !
                                Sungai-sungai dikotori
                                Lautan di jual pula ( 1975: 14 )
Kutipan di atas merupan sindiran terhadap pemerintah yang kurang peka terhadap alamnya, buktinya sekarang hutan di Indonesia banyak yang gundul, sungai-sungai kotor, dan lautan banyak yang dijual ke negara asing. Akibatnya bencana alam dimana-mana.
Dalang : Apa gunanya ini semua untuk rakyat kecil ? jumlah orang melarat lebih banyak di negara   ini. Apa yang mereka butuhkan bukan rumah sakit termodern di Asia Tenggara, tetapi lebih banyak fasilitas untuk rumah sakit kecil di kabupaten- kabupaten. Satu rumah sakit mewah berarti 50 rumah sakit sederhana yang lebih merata. ( 1975: 24 )
Dalang : Kemajuan bukan kemewahan. Kemajuan adalah kesejahteraan yang lebih merata. Apa yang tidak berguna utnuk golongan terbnyak adalah pemborosan. Prioritas tidak perlu diberikan. ( 1975: 24 )
Kutipan di atas jelas-jelas mengisyaratkan bahwa pemerintah pada saat itu boros dan mengesankan kemewahan iu lebih penting dari pada kesejahteraan masyarakatnya. Di samping itu pinjaman modal asing secara besar- besaran bisa menjadikan negara kita berhutang banyak kepada negara asing, dan kini kita telah merasakan getah hutang yang besar.
Pada zaman itu pula hak bersuara ( berpendapat ) itu tidak diperbolehkan padahal mereka sudah menganut faham demokrasi sama seperti yang terjadi pada saat Presiden Soeharto sedang berkuasa . Seperti pada kutipan di bawah ini :
Kol Srenggi : Sebagai menteri kemanan saya akan segera mengumumkan pernyatan bahwa mengkritik pembangunan adalah sabotase, oleh karena itu subversip. ( 1975 : 25 )
Kol Srenggi : Untuk bersuara harus diingat salurannya ! bukankah ini aturan namanya. ( 1975 : 25)
Kol Srenggi : Negeri ini punya  dewan Perwakilan Rakyat. Inilah saksi hidup untuk demokrasi yang kita tegakkan ! (1975: 26 )

            Ada juga sindiran tentang Repelita yang dalam drama ini disinggung rencana pembangunan empat tahun yang disana diceritakan bahwa pada saat pembangunan terjadi tidak boleh ada satu orang pun yang menggaggunya. Seperti pada kutipan di bawah ini :
Kol Srenggi : Untuk mengamankan jalannya pembangunan kita harus membuat undang-undang yang menyatakan bahwa menjelng parlemen mengesahkan rencana pembangunan empat tahun . Tidak boleh ada suara –suara negatip yang berusaha mempengaruhi jalannya persidangan. ( 1975: 32)
Ada yang menggelitik dari drama ini ialah ketika Negeri Astinam ini mempunyai perdana menteri dan parlemen. Sama halnya seperti negara indonesia pada saat itu yang katanya Negara Republik akan tetapi di dalamnya terdapat perdana menteri dan parlemen yang seharusnya hanya ada di Negara Kerajaan seperti Inggris.  Seperti Kutipan di bawah ini :
Dalang : Negeri Astinam ini diperintah oleh seorang ratu. Ia memerintah didampingi oleh perdana menteri dan kabinetnya. Di samping itu, kerajaan ini juga punya parlemen dan undang-undang dasar. Maunya, kerajaan ini bersifat demokratis. 

1 komentar:

  1. Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
    SITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
    Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
    dengan kemungkinan menang sangat besar.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
    • AduQ
    • BandarQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • FaceBook : @TaipanQQinfo
    • WA :+62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    Come & Join Us!!

    BalasHapus