Sabtu, 19 Maret 2011

Cinta Lama Bersemi Kembali dalam Lakon Pagi Bening

Drama komedi satu babak ini dibuat oleh Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero. Lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Sapardi Djoko Darmono pada tahun 1962. Drama ini menceritakan tentang kisah cinta sejati antara Laura dan Gonzalo yang bertemu kembali setelah usia mereka 70 tahun. Pertemuan mereka di awali dengan adu mulut di sebuah taman berlanjut pada obrolan-obrolan ringan dan akhirnya mereka mengetahui jati dirinya masing- masing. Ternyata Laura adalah Cinta yang pernah hilang dari Gonzalo begitu pula sebaliknya. Akan tetapi di usia mereka yang sudah senja, mereka malu untuk mengungkapkan jati diri yang sebenar-benarnya sebagai Laura dan Gonzalo. Seperti pada kutipan di bawah ini :
Gonzalo : ( melihat Laura yang membelakang ) Tidak! Tak akan kukatakan siapa aku ini    sebenarnya. Aku sudah tua dan lemah. ( halaman 12 )
Laura :  ( memandang Gonzalo yang membelakan ) Tidak, aku sudah berubah tua. Lebih baik ia    mengigatku   sebagai gadis bermata hitam yang melempar bunga dari jendela. ( halaman 13)

Menurut saya drama ini sangat menarik sebab di dalamnya terdapat beberapa puisi yang begitu indah  seperti pada saat Gonzalo membacakan puisi. Kutipannya :
“ Segala cinta itu menyakitkan hati
Tetapi bagaimana juga pun pedihnya
Cinta adalah sesuatu yang terbaik
Yang pernah kita miliki” ( halaman 7)

“ anak- anak dari para bunda
Yang pernah ku cinta
Menciumku sekarang
Seperti bayangan hampa”  ( halaman 8)

“ Dua puluh tahun berlalu
Dan ia pun kembalilah
Masing-masing saling memandang
Berkata:
Mungkinkah dia orangnya?
Ya Allah, diman orangnya itu ?” ( halaman 8)


Kutipan puisi-puisi di atas menurut saya menggambarkan hati mereka yang sedang merindukan cinta sejatinya. Menurut saya aroma percintaan mendominasi separuh drama ini . Seperti pada Petra pembantu Laura yang menjalin asmara Dengan Juanito. Ada hal lucu pada drama ini yaitu ketika mereka saling membohongi satu sama lain menyembunyikan jati dirinya akan tetapi apa yang mereka ucap terlalu hiperbola. Seperti pada kutipan di bawah ini :
Gonzalo :    Akan saya ceritakn segalanya kepada nyonya.
Anak muda- Don Gonzalo itu bersembunyi di rumah saya, takut menaggung akibatnya yang buruk sehabis menang duel itu. Dari rumah saya ia terus lari ke Madrid. Ia kirim surat- surat kepada Laura, di antaranya sajak-sajak. Tpi tentunya surat-surat itu jatuh ke tangan orang tuanya. Buktinya tak ada balasan. Kemudian Gonzalo pergi ke Afrika, sebab cintanya telah gagal sama sekali, masuk tentara dan terbunuh di sebuah selokan sambil menyebut berulang kali nama Lauranya yang sangat tercinta. ( halaman 11)

Gonzalo :    Saya tak bisa membunuh diriku lebih ngeri lagi. ( halaman 11)

Peristiwa mengahrukan terjadi ketika pada saat itu orang tua Laura menjodohkan Laura dengan saudagar kaya akan tetapi Laura tidak menginginkanya sebab dia sudah mempunyai pangeran hatinya sendiri. Akhirnya konflik pun mulai terjadi antara Gonzala dan Calon suami pilihan orang tua Laura. Hal mengangkan tetapi masih terselip sisi romantisismenya. Seperti pada kutipan di bawah ini :

Laura : Oh ya, saudara sepupu. Seorang temanku yang menyurati saya dan bercerita tentang mereka. Dia....saudara spupu tuan itu... tiap pagi lewat di depan jendelanya dengan naik kuda, dan melemparkan ke atas seberkas kembang yang segera di sambut gadisnya. ( halamn 10)

Gonzalo :Dan tak lama kemudian, dia...saudara sepupu saya itu...lewat lagi untuk    menerima kembang dari atas. Begitu? ( halaman 10)

Laura :    Benar, Dan keluarga gadis itu ingin agar ia kawin dengan saudagar yang tidak ia cintai. ( halaman 10)

Kutipan ketika konfilk itu muncul tatkala gonzalo sedang bersama Laura.

Gonzalo : Dan pada suatu malam, ketika saudara sepupuku tadi tengah menanti   gadisnya bernayanyi...di bawah jendela, lelaki itu muncul denagn tiba-tiba. ( halaman 10)

Laura :   Dan menghina saudara tuan ( halaman 10)

 Gonzalo : kemudian pertengkaran terjadi. ( halaman 10)


Kutipan di atas mengisyaratkan bahwa sang lelaki tak mau melepaskan begitu saja pujaan hatinya. Dengan pengorbanan yang begitu besar pada akhirnya Gonzalo mengalah dan lebih memilih mundur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar