Sabtu, 19 Maret 2011

Analisis Stilistika Artikel Politik dalam Surat Kabar “Politik Indonesia Dilanda Wabah Narsisme”

 Latar Belakang

Dewasa ini, stilistika telah menjadi sebuah cabang ilmu, yang berasal dari interdisipliner linguistik dan sastra. Sebelumnya, stilistika belum dikaji secara ilmiah. Dengan demikian sesungguhnya sudah sejak lama ditelaah. Istilah stilistika berasal dari istilah stylistics dalam bahasa Inggris. Istilah stilistika atau stylistics terdiri dari dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. Ics atau ika adalah ilmu, kaji, telaah. Stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya bahasa.

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis . Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan kata, struktur kalimat, majas dan citra, polarima, makna yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Dengan membaca sebuah karya sastra, kita dapat juga menentukan ragamnya (genre) berdasarkan gaya bahasa teks karena kekhasan penggunaan bahasa, termasuk tipografinya. Gaya bahasa sebuah karya juga dapat mengungkapkan periode, angkatan, atau aliran sastranya. Misalnya kita dapat mengenal gaya sebuah karya sebagai gaya egaliter(gaya ragam); kita mengenal gaya realisme dalam karya yang lain (gaya aliran). Sebuah karya kita perkirakan terbit pada zaman Balai Pustaka dengan memperhatikan gaya bahasa (gaya angkatan).

Kali ini penganalisis akan melakukan Analisis Stilistika Artikel Politik dalam Surat Kabar yang dirasakan penting dianalisis untuk mengetahui bentuk artikel politik yang ada di Indonesia menyangkut bahasanya dan makna yang terkandung didalamnya.

:bla s - J r:text1'> 
Penggunaan gaya bahasa yang sangat dominan dalam puisi disebabkan oleh adanya media yang sangat terbatas. Kesatuan puisi, yang disebut sebagai bait adalah totalitas yang sama dengan bentuk cerpen, novel, dan drama. Perbedaannya, satu bait puisi terdiri dari satu atau dua halaman, sedangkan sebuah novel terdiri atas ratusan bahkan ribuan halaman. Dalam puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang Sebelum Perang karya W.S Rendra, setiap bait memiliki totalitasnya. Berikut analisis puisi diatas :

Dalam puisi diatas, bunyi puisi juga sangat ditonjolkan. Puisinya memiliki bunyi Kakofoni (cacophony) yaitu bunyi yang tidak merdu dan cenderung parau. Pada puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang, Vokal a, o, u lebih mendominasi, sehingga perasaan murung, sedih,  gundah, kecewa tergambar jelas.

Puisi Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang, menggunakan pilihan kata yang amat lembut. Seperti seseorang yang meminta pengampunan dosa dan memang begitu isinya. Gaya bahasa yang dominan adalah gaya bahasa hiperbola, seperti yang nampak pada bait berikut:

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Makna Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang lebih ditekankan kepada seorang yang meminta diampuni dosanya karena sudah membunuh orang-orang yang bersalah maupun tidak bersalah. Ini dapat terlihat dari penggalan puisi berikut :

Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Serdadu tersebut menerima nasib sebagai serdadu yang tugasnya membunuh orang dimedan perang. Ada sedikit penyesalan dalam dirinya membunuh orang lain yang dianggap musuh. Tetapi ia mesti melaksanakan tugasnya itu. Mungkin dalam hal ini serdadu itu menyesali mengapa tugasnya demikian.


tify;l) a h i 0 l'> 
Kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan
kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran

Kelaparan digambarkan seperti iblis dan batu-batu karang yang menakutkan.

Analisis yang pertama akan dimulai dengan puisi yang pertama puisi Doa Orang lapar.

Kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam
Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan


Dalam penggalan puisi diatas, kelaparan digambarkan seperti seekor burung gagak yang licik dan hitam. Kita bisa perhatikan seekor burung gagak yang lapar mereka akan memakan apa saja yang ada dihadapan mereka, tidak peduli lawan atau kawan yang penting burung itu merasa kenyang. Dan kelaparan digambarkan seperti demikian, karena jika seseorang lapar akan berbuat layaknya burung gagak tersebut. Kelaparan juga dapat membuat seseorang menjadi pemberontak dan menjadi pembunuh. Jika kita lihat berita-berita di televisi, seseorang tega menghabisi rekan atau sanak saudaranya sendiri kebanyakan disebabkan oleh orang-orang miskin yang kesulitan ekonomi dan pastinya lapar. Mengapa dalam puisi tersebut digambarkan orang miskin? Itu disebabkan karena kebanyakan orang yang kelaparan adalah orang miskin dan orang kaya tidak pernah merasakan apa itu kelaparan. Kelaparan juga digambarkan seperti batu karang yang tenang tetapi dapat melahap siapa saja.

Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan


Dari bait diatas, dapat kita lihat jikalau kelaparan juga membuat seseorang yang gagah dapat menangis. Intinya kelaparan dapat merusak siapa saja, tua-muda ataupun gagah-lemah. Tak peduli bagaimana kehormatan itu yang penting kenyang.

Pembahasan

2.1 Artikel Politik
Politik Indonesia Dilanda Wabah Narsisme
Sabtu, 9 Oktober 2010 | 11:23 WIB

DHONI SETIAWAN/KOMPAS.com
MEDAN, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta berpendapat, dunia politik Indonesia dewasa ini tengah dilanda sebuah fenomena aneh yang disebutnya "wabah" narsisme.
  
"Di dunia politik kita kini terlalu banyak narsisnya, yang kemudian memunculkan politik pencitraan," katanya dalam pidato politik pada pembukaan Musyawarah Wilayah (Muswil) II Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sumatera Utara di Medan, Jumat (8/10/2010) malam.

Pada kesempatan yang juga dihadiri, antara lain, Gubernur Sumut Syamsul Arifin, Wakil Gubenur Gatot Pujo Nugroho, Ketua Fraksi PKS DPR Mustafa Kamal, Ketua MUI Sumut Abdullah Syah serta sejumlah pemimpin parpol dan tokoh masyarakat itu, ia menyebutkan, sikap politik yang narsis justru tidak produktif bagi bangsa dan negara.

"Politik semacam ini cenderung suka memperlihatkan kita ini selalu sibuk, telah banyak berbuat dan senang disanjung untuk hal-hal yang tidak kita lakukan. Kita mempertontonkan kesibukan, tetapi sesungguhnya kita tidak produktif," katanya.

Menurut Anis yang juga Wakil ketua DPR, bangsa Indonesia akan mampu menghasilkan sesuatu yang besar jika politik narsis dihilangkan.
"Jika narsisme bisa dihilangkan, Insya Allah kita akan memiliki obsesi yang besar untuk kepentingan bangsa dan negara ini," ujarnya.

Pada bagian lain ia mengatakan, dunia politik di Indonesia dewasa ini juga dihinggapi "penyakit" cepat puas dan cenderung selalu merasa diri sendiri lebih hebat dibanding yang lain.

"Kita juga selalu bangga dengan prestasi-prestasi kecil, kemudian cepat puas dan merasa pantas dihargai lebih. Dunia politik kita kini juga dihinggapi ’penyakit’ semacam ini," katanya.

Ia mengaku pernah dimintai saran oleh seorang kepala daerah di Yogyakarta yang akan didaulat menerima penghargaan sebagai pahlawan antikorupsi, apakah harus diterima atau tidak.

"Saya sarankan untuk ditolak karena apa yang telah beliau lakukan (komit dengan antikorupsi) merupakan hal yang sangat biasa dan tidak perlu dihargai sedemikian rupa. Seseorang bisa disebut pahlawan jika dia orang biasa tetapi mampu melakukan hal-hal yang tidak biasa," katanya.

Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi  atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan  digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro 1998:290).
Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya : Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’, kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya. Menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.
Adapun fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah.
Dalam artikel politik Politik Indonesia Dilanda Wabah Narsisme penulis juga menggunakan pilihan kata dan gaya bahasa yang dominan dalam artikel diatas. Penulis menggunakan gaya bahasa sinisme yang merupakan gaya bahasa ironi, namun kata-kata yang digunakan lebih halus dari gaya bahasa yang digunakan dalam gaya bahasa ironi. Penulis mengkritisi kinerja pemerintah dalam informasi dalam artikel diatas dengan bahasa yang menyindir tetapi penyampaiannya secara halus. Penulis mengumpulkan opini-opini yang menyindir pemerintah yang cenderung membanggakan diri didepan publik padahal tidak produktif dalam pekerjaannya . Ini dapat terlihat dari judulnya sendiri yaitu Politik Indonesia Dilanda Wabah Narsisme. Dalam judulnya saja sudah menggambarkan sindiran namun dengan gaya bahasa yang halus. Secara tidak langsung penulis memberi tahukan pada pembaca bahwa kasus Bank century kemungkinan besar tidak akan dapat diselesaikan. Opini tersebut dapat diperkuat oleh opini-opini yang terdapat dalam artikel diatas :
... "Di dunia politik kita kini terlalu banyak narsisnya, yang kemudian memunculkan politik pencitraan," katanya dalam pidato politik pada pembukaan Musyawarah Wilayah (Muswil) II Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sumatera Utara di Medan, Jumat (8/10/2010) malam. ...
... “Politik semacam ini cenderung suka memperlihatkan kita ini selalu sibuk, telah banyak berbuat dan senang disanjung untuk hal-hal yang tidak kita lakukan. Kita mempertontonkan kesibukan, tetapi sesungguhnya kita tidak produktif," katanya. ...
Menurut Anis yang juga Wakil ketua DPR, artikel ini bertujuan untuk menyindir para politikus . paham narsisme sangat menonjol pada diri politikus-politikus.
... "Jika narsisme bisa dihilangkan, Insya Allah kita akan memiliki obsesi yang besar untuk kepentingan bangsa dan negara ini," ujarnya.Pada kalimat diatas menggunakan gaya bahasa searkasme, yaitu gaya bahasa ironi yang cenderung kasar. Pengamat politik LIPI Siti Zuhro menyindir kinerja presiden yang salah merekrut mentri…
2.3  Makna yang Terkandung dalam Artikel “Politik Indonesia Dilanda Wabah Narsisme”
Membaca wacana diatas kita disadarkan kepada realita yang terjadi pula pada remaja sekarang ini.  Narsisme atau Narsis artinya adalah perilaku memperhatikan diri sendiri secara berlebihan. Namun kata Narsisme disini dimaksudkan kepada para politikus Indonesia yang cenderung lebih menjunjung tinggi eksistensi. Berikut ciri-ciri orang yang termasuk kategori narsis/narsisme, yaitu:
  1. mencintai diri sendiri secara berlebihan dan sulit mencintai dan menerima cinta orang lain.
  2. Hanya mendengar pendapatnnya sendiri, sulit mendengar pendapat orang lain.
  3. Tidak bisa merasakan perasaan orang lain.
  4. Melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, bukan sudut pandang orang lain.
  5. sulit mempercayai orang lain.
Bahasan mengenai wabah narsisme pada politikus :
"Politik semacam ini cenderung suka memperlihatkan kita ini selalu sibuk, telah banyak berbuat dan senang disanjung untuk hal-hal yang tidak kita lakukan. Kita mempertontonkan kesibukan, tetapi sesungguhnya kita tidak produktif," katanya…

" Pada bagian lain ia mengatakan, dunia politik di Indonesia dewasa ini juga dihinggapi "penyakit" cepat puas dan cenderung selalu merasa diri sendiri lebih hebat dibanding yanglain… "Kita juga selalu bangga dengan prestasi-prestasi kecil, kemudian cepat puas dan merasa pantas dihargai lebih. Dunia politik kita kini juga dihinggapi ’penyakit’ semacamini,"katanya…

politisasi bahasa adalah rekayasa menggunakan bahasa, memberlakukan aturan bahasa, dan memaksa pemaknaan bahasa. Bahasa dengan demikian, dibermaknakan sesuai dengan konteks politik penguasa (Alwasilah, 1994). Dan inilah cerminan politik sesungguhnya. Yang tertulis dikertas tidak sama dengan makna yang sesungguhnya diceritakan.
2.4  Pengaruh Artikel “Politik Indonesia Dilanda Wabah Narsisme”
Dari analisis di atas dapat disimpulkan pengaruhnya terhadap masyarakat sebagai pembacanya. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi :
  1. Pembaca akan mulai kehilangan kepercayaan kepada para politikus.
  2. Memunculkan politik pencitraan.

1 komentar:

  1. Taipan Indonesia | Taipan Asia | Bandar Taipan | BandarQ Online
    SITUS JUDI KARTU ONLINE EKSKLUSIF UNTUK PARA BOS-BOS
    Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
    dengan kemungkinan menang sangat besar.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
    • AduQ
    • BandarQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • FaceBook : @TaipanQQinfo
    • WA :+62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    Come & Join Us!!

    BalasHapus